Saturday, January 9, 2010

tenun karya kontemporer

Pameran Tenun Kontemporer :Merajut Waktu Menjalin Makna Tenun dan Seni Tradisi yang Berevolusi. Kain tenun dan hasil tekstil lainnya adalah suatu warisan kekayaan peninggalan para leluhur bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya. Hampir seluruh kelompok etnis di wilayah Nusantara hingga saat ini masih melakukan pembuatan tenun, baik secara turun temurun maupun dalam wilayah industri kecil dan menengah. Hasil-hasil tenun dari Nusantara juga menjadi salah satu bentuk artefak budaya yang paling menyebar dihampir seluruh museum dibelahan dunia. Kekaguman pada corak atau motif dan pola-pola yang rumit namun indah serta halus dan mempunyai kandungan makna budaya menjadikan para pencinta kain tenun dan peneliti diseluruh dunia mengakui bahwa estetika kain tenun di Indonesia memang begitu beragam dan bernilai budaya tinggi. Maka selain sebagai identitas budaya, hasil-hasil tenunan dan tekstil lainnya memainkan peranan penting dalam kehidupan sosial - ekonomi masyarakatnya. Dibeberapa daerah di tanah air, seperti kain batik telah menjadi industri yang bukan hanya mendatangkan pendapatan bagi sekelompok orang, tetapi menjadi sumber pendapatan daerah dan mungkin saja negara. Karena bagaimanapun kain tenun dan hasil tekstil lainnya masih dipergunakan untuk upacara – upacara khusus adat – istiadat dan ritual lainnya, bahkan penggunaannya masih berlangsung dalam keseharian masyarakat. Dalam perkembangannya, secara inovasi, kain tenun telah mengalami evolusi dalam teknik maupun coraknya. Namun dari bahan, motif serta pola tersebut kita pun bisa menangkap pengaruh-pengaruh jamannya. Bahkan dalam penerapannya kain-kain tenun bisa menjadi materi yang menarik dijadikan gubahan yang dikreasikan pada pakaian oleh para disainer fesyen kontemporer maupun untuk kain pelapis atau Upholstery. Ini juga menunjukan bahwa seni tradisi tidaklah mandek, bahkan sebaliknya menunjukan kreativitasnya. Pameran “Merajut Waktu Menjalin Makna” merupakan suatu tinjauan bagaimana hasil tenun Nusantara terus berkembang sesuai dengan perubahan-perubahan sosial, budaya dan ekonomi masyarakatnya. Oleh karenanya, mengamati pola-pola, motif dan warna serta penerapannya menjadi sangat penting. Karena sebagai praktik budaya, elemen-elemen didalam kain tenun mempunyai makna simbolik yang terkait dengan faktor eksternal seperti sosial,politik dan kebudayaan. Hal ini bisa dicermati dari tingkat kehalusan teknik tenun, materi atau bahan hingga penerapan motifnya. Pengaruh kontak budaya melalui jalur – jalur perdagangan dari peradaban lampau, hingga kemudian dengan rentang masa era kolonial, telah menghasilkan beragam olahan artistik dalam kehidupan seni tradisi khususnya kain tenun. Pengaruh ini samasekali tidak melemahkan keberadaan seni tenun sebagai sebuah bentuk seni tradisi dalam konteks kehidupan sakral , tapi justru memperkaya nilai-nilai estetikanya. Bahkan lebih jauh bila ditelusuri dan pencermatan melalui motif-motifnya, niscaya kita bisa membaca tanda-tanda budaya atau narasi. Oleh karena itu seni kriya , khususnya seni tenun mempunyai dimensi nilai simbolik. Seperti yang dikatakan seorang pemerhati kain tenun songket Minang berkebangsaan Swiss, Bernhard Bart, yang mengemukakan bahwa keunikan motif lama songket Minangkabau adalah setiap motif mengandung makna filosofis. (Kompas, 17 February 2006) Bersama-sama Tria Basuki dan Yayasan Cita Tenun Indonesia (CTI), yang mengembangkan secara khusus kain tenun nusantara, menyeleksi karya-karya tenun pengembangan tradisi dengan keberagaman teknik dasar serta corak artistik. Puluhan ragam hasil tenun dari berbagai wilayah ditampilkan di NAS, mulai dengan pola yang delicate ; rumit serta halus dengan pola stilasi bentuk dan geomteris yang berlapis seperti dari Aceh, Minangkabau dan Palembang, hingga yang tampak lebih bebas dengan pola sederhana maupun figuratif, namun dinamis seperti dari Bali, Nusa Tenggara atau warna cerah dari Makassar, serta Badui yang lebih minimalis serta didominasi warna yang gelap. Sehingga keluasan wilayah ini memberikan kita gambaran bagaimana praktik tenun merepresentasikan juga estetik sebuah masyarakat yang majemuk. Adapula karya-karya perancang mode ternama maupun benda-benda keseharian yang menggunakan tenun maupun dilapisi kain tenun sebagai suatu alternatif yang secara kreatif bisa dikembangkan lebih lanjut. Seni Tekstil Kontemporer Seiring dengan praktik tenun tradisi, praktik seni tekstil sebagai bagian dari praktik seni rupa modern -selain seni lukis dan patung- juga berlangsung, terutama dilembaga pendidikan seni rupa modern. Walaupun keberadaannya dibawah jurusan desain (di FSRD ITB) dan Kriya (di ISI-Jogja), yang lebih mengarah pada seni terapan, tetapi saat ini beberapa alumninya mengembangkan bentuk ungkapan artistik yang individual seperti juga bentuk karya seni murni. Tetapi kemunculannya dalam dunia pendidikan seni modern begitu sangat terlambat. Seperti halnya yang pernah diutarakan oleh kritikus Sanento Yuliman (alm.) , dalam sebuah artikel pameran tahun 1986 menyebutkan bahwa: Gerakan seni rupa modern kita – yang kota dan kelas menengah itu – tidak cepat tanggap akan kenyataan seni tenun dan tekstil lainnya dalam budaya masyarakat kita, beliau mengemukakan kritiknya : Modernisme, khususnya pada tahap awal dan pada kebanyakan perupa, telah menjangkitkan rabun dekat : melihat tradisi bangsa sendiri secara samar-samar. Lahir dari kandungan penjajahan dan kontak kebudayaan, gerakan seni modern di tanah air kita dengan bersemangat merengkuh gagasan-gagasan Barat dan sejarah seni Eropa. Gagasan tentang keutamaan seni lukis (dipandang sebagai induk seluruh seni rupa), gagasan rendahnya kriya (craft), tentang asas individualisme dalam seni, dianggap sahih secara universal. Dalam pada itu, lambannya komunikasi menyebabkan perubahan dalam seni dan estetika Barat, terutama yang mutakhir, tertangkap hanya sayup – sayup dan ditanggapi dengan keraguan. (Sanento, 2001: 186) 1 Dalam wacana modernisme barat yang dikotomis, praktik kriya bahkan dihubungan dengan lawan dari seni murni (lukis-patung) yang superior, jenius, maskulin. Praktik kriya (keramik, tekstil, kayu, dan lainnya) dianggap lebih cenderung inferior, terlalu kolektif agraris, feminin. Walaupun saat ini dikotomi itu memudar tapi dalam keseharian, dominasi seni lukis masih terasa. Maka baru sekitar tahun 1972 studio tekstil dibuka di FSRD – ITB, yang menunjukan bahwa adanya keterlambatan dalam menanggapi pemikiran-pemikiran terhadap seni modern dan bahkan dalam mempertimbangkan kekayaan praktik budaya nusantara. Bahkan sebenarnya studio tekstil disana lebih mengarah pada pemenuhan dunia industri tekstilnya. Perkembangan kemudian, praktik seni berbasis tekstil dan serat dalam lingkungan akademisi menghasilkan perupa-perupa tekstil yang mengembangkan bentuk karya individual seperti tapestri , batik, hingga instalasi. Biranul Anas, Ratna Panggabean, Hasanudin, Yusuf Efendy, Lengganu, Sunaryo, Zaini Rais mungkin beberapa nama yang muncul dengan karya-karya seni tekstil dan serat sejak dekade 1980-an. Karya-karya serat yang tampil dalam pameran kali ini, seperti Biranul Anas dan John Martono misalnya tetap menjelajahi berbagai teknik dan artistik seperti menjalin benang, memilin, mencelup, mengikat, menenun dan membatik hingga bordir yang cenderung industrial, di dalam suatu bentuk karya tapestri serta bentuk trimatra. Biranul sering menjelajahi materi-materi dasar serat dengan menggabungannya beberapa material dan bereksperimen dengan bentuk-bentuk trimatra, dengan pola-pola yang melintas batas formalisme tradisional. Ungkapan-ungkapan individu secara langsung diartikulasikan lewat gubahan warna, tekstur dan pola yang lebih bebas dari pakem –pakem maupun pola tertentu seperti pada karya-karya John Martono. Begitupun dengan karya-karya Caroline Rika, Abdul Sukur dan Rifqi Sukma yang eksploratif terhadap kemungkinan material yang dipermainkan dalam wujud karya yang cenderung mementingkan interaksi imajinatif. Seperti yang diutarakan Sujud Dartanto, kurator dalam pameran “textstyleproject” di Bentara Budaya Jogjakarta, bahwa: “ Bentuk visual karya mereka berbeda dengan lazimnya seni serat yang orang lihat pada seni batik dan tapestri misalnya. Dalam terma masa kini, karya-karya mereka memperlihatkan bentuk kontemporer. Artinya, cara mereka membentuk tidak ingin terikat pada pakem gaya tradisional. Penjelahan bentuk ini membuka bentuk pengucapan personal. Membentuk stilisasi dan gaya tersendiri. Di sini kita bisa mengapresiasi bahwa karya-karya mereka ini membuka peluang untuk melakukan berbagai penjelahan bentuk baru. Benang dalam hal ini menjadi karya objek yang tersusun dari berbagai macam unsur material. Bidang seni serat ini jelas tidak meninggalkan aspek craftsmanship, ketelitian dalam menentukan dan memilih bahan. Ketiganya berkutat pada bagaimana unsur benang bisa sedapat mungkin melahirkan bahasa artistik. Juga nampak bahwa unsur benang mereka artikan pula sebagai sebuah teks yang tengah menenun dan membentuk dirinya menjadi sebuah style.” Selain bertiga diatas, jelajah bentuk trimatra yang meruang juga dilakukan oleh Nuri Fatima yang menggunakan banyak teknik menata kain perca atau patchwork. Karyanya berupa himpunan bentuk-bentuk seperti gunung atau bantal kerucut menjadi simbol personal dari suatu kenangan pribadinya dan kemudian mengajak pengamat untuk lebih aktif masuk pada dunianya. Sedangkan sekumpulan perupa muda , Kelompok Simponi (Sindikat Monster Poni) dari Jogjakarta yang terdiri dari Dian Ariyani, Elia Nurvista, dan Gintani Nur Apresia Swastika, menghadirkan gubahan karya membentuk teks “ MADE IN CHINA” yang terdiri dari susunan huruf-huruf dengan dibungkus kain batik sehingga memberikan makna yang ambigu bahkan ironis. Motif dan kain batik menjadi sebuah identitas budaya bangsa dan karya ini seolah menyindir dan memaksa kita untuk mempertimbangkan terus keberadaannya dalam kehidupan yang global ini. Dalam praktik seni rupa kontemporer, persoalan medium ungkap tak lagi dilihat secara ideologis atau tersekat-sekat. Dunia gagasan seolah menjadi keutamaan dan fisik karya merupakan kendaraan untuk strategi perupa menciptakan ruang-ruang pemaknaan. Penggunaan teknik bordir misalnya, yang lebih cenderung industrial, bisa dimanfaatkan sebagai alat dalam menghasilkan garapan artistik yang sesuai dengan ungkapan yang diinginkan maupun pemanfaatan dalam mencari watak atau karakter yang khas. Dalam pameran ini para perupa lebih mengutamakan watak khas serat benang untuk mengonstruksi imaji. Erik Pauhrizi menghadirkan potret – potret wajah pesohor sinema masa lalu, dengan bordiran hitam-putih seperti juga ada kesamaan watak drawing dengan garis maupun print, atau cetak mutakhir yang terdiri dari matrik dot maupun piksel. Sedangkan Eko Nugroho menggunakan watak bordir karena dalam keseharian masyarakat kontemporer, sering digunakan sebagai lencana (badge), mulai untuk seragam sekolah, pangkat kemiliteran, tanda lembaga pemerintah, hingga gang anak muda. Oleh karena itu bordir punya kaitan dengan identitas sosial. Sehingga dengan demikian gambar-gambar Eko yang bernuansa kritis namun jenaka mempunyai tempatnya yang pas. Bagi perupa lainnya , medium dan teknik industri tekstil menjadi supplemen, seperti karya karpet Radi Arwinda dengan ikon Apetnya. Ia banyak terobsesi dan terpengaruh seni kartun Jepang atau Manga yang kemudian dipadukan dengan corak – corak dari seni tradisi. Pencarian jatidiri Radi dalam menciptakan karakter kartun dengan potret dirinya membentuk identitas karya-karyanya, dengan meleburkan karakter awan “megamendung” yang diambil dari corak batik maupun ukiran Cirebon kedalam ranah artistik manga. Karya Car-Pet dan Sof-Pet disini menggunakan idiom benda-benda keseharian ; karpet yang dibuat secara khusus yang menampilkan karakter Apet dan juga pasangannya, berupa sebuah sofa dengan bentuk dasar dari gubahan megamendungnya. Corak – corak dalam karya Radi menyadarkan kita bahwa kekayaan tradisi menjadi mungkin untuk dikaji dan dijelajahi menjadi sesuatu ikon yang lebih bergaya global. Tenun dan Tekstil Dalam Kehidupan Saat Ini Akhir kata, bahwa potensi seni tekstil di Indonesia merupakan suatu ladang gagasan yang mahaluas untuk dijelajahi serta dijadikan beragam bentuk artistik. Hasil – hasil tekstil, baik yang tradisionil maupun yang modern, yang manual maupun masinal mempunyai posisi penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Sebagai sebuah praktik budaya seperti hasil seni, tenun dan tekstil mempunyai fungsi simbolik. Oleh karena itu kajian – kajian terhadap perkembangan seni tenun tradisi dan sebagai medium ungkap seni kontemporer menjadi suatu kepentingan yang bakal mampu memberikan makna dalam formasi global saat ini. Bahkan pada saat ini kajian budaya mutakhir menjadikan seni tenun dan tekstil sebagai salah satu wahana dalam memahami suatu konteks budaya. Seorang akademisi Australia, Sue Rowly (1999: 7) mengatakan bahwa pada dasarnya hasil kriya seringkali digunakan sebagai bahan kajian ilmu pasca-kolonial. Alih-alih, kriya bisa digunakan untuk memaknai nilai diluar sejarah barat dan suatu model pertahanan yang kreatif tanpa harus disejajarkan dengan seni kontemporer barat yang mengarah pada praktik kritik, sebagai suatu keberbedaan (difference). Sebagai suatu wilayah alternatif penelusuran (trajectory) sejarah lokal yang khas. Oleh karena itu, pameran ini diharapkan memberikan suatu alternatif pengamatan terhadap pemaknaan seni tenun warisan leluhur dan sekaligus budaya kontemporer Indonesia saat ini.

Sejarah korea

Sejarah Sejarah Korea bermula dari zaman (Lower Paleolithic) sampai dengan sekarang. Kebudayaan tembikar di Korea dimulai sekitar tahun 8000 SM, dan zaman neolitikum dimulai sebelum 6000 SM yang diikuti oleh zaman perunggu sekitar tahun 2500 SM. Kemudian Kerajaan Gojoseon berdiri tahun 2333 SM. Baru pada abad ke-3 SM Korea mulai terbagi-bagi menjadi banyak wilayah kerajaan. Pada tahun satu Masehi, Tiga Kerajaan Korea seperti Goguryeo, Silla dan Baekje mulai mendominasi Semenanjung Korea dan Manchuria. Tiga kerajaan ini saling bersaing secara ekonomi dan militer. Koguryo dan Baekje adalah dua kerajaan yang terkuat, terutama Goguryeo, yang selalu dapat menangkis serangan-serangan dari Dinasti-dinasti Tiongkok. Kerajaan Silla perlahan-lahan menjadi kuat dan akhirnya dapat menundukkan Goguryeo. Untuk pertama kalinya Semenanjung Korea berhasil disatukan oleh Silla pada tahun 676 menjadi Silla Bersatu. Para pelarian Goguryeo yang selamat mendirikan sebuah kerajaan lain di sisi timur laut semenanjung Korea, yakni Balhae. Silla Bersatu akhirnya runtuh di akhir abad ke-9, yang juga mengakhiri masa kekuasaan Tiga Kerajaan. Kerajaan yang baru, Dinasti Goryeo, mulai mendominasi Semenanjung Korea. Kerajaan Balhae runtuh tahun 926 karena serangan bangsa Khitan dan sebagian besar penduduk serta pemimpinnya, Dae Gwang hyun, mengungsi dan diselamatkan oleh Dinasti Koryo. Selama masa pemerintahan Dinasti Goryeo, hukum yang baru dibuat, pelayanan masyarakat dibentuk, serta penyebaran agama Buddha berkembang pesat. Pada tahun 1392, Taejo dari Joseon mendirikan Dinasti Joseon setelah menumbangkan Goryeo. Raja Sejong (1418-1450) mengumumkan penciptaan abjad Hangeul. Antara 1592-1598, dalam Perang Imjin, Jepang menginvasi Semenanjung Korea, tapi dapat dipatahkan oleh prajurit pimpinan Admiral Yi sun sin. Lalu pada tahun 1620-an sampai 1630-an Dinasti Joseon kembali menderita serangan dari suku Manchu (Dinasti Qing). Pada awal tahun 1870-an, Jepang kembali berusaha merebut Korea yang berada dalam pengaruh Cina. Jepang memakasa Korea untuk menandatangani Perjanjian Eulsa yang menjadikan Korea sebagai protektorat Jepang, lalu pada 1910 Jepang mulai menjajah Korea. Dengan menyerahnya Jepang di tahun 1945, PBB membuat rencana administrasi bersama Uni Soviet dan Amerika Serikat, namun rencana tersebut tidak terlaksana. Pada tahun 1948, pemerintahan baru terbentuk, yang demokratik (Korea Selatan) dan komunis (Korea Utara) yang dibagi oleh garis lintang 38 derajat. Ketegangan antara kedua belah pihak mencuat ketika Perang Korea meletus tahun 1950 ketika pihak Korea Utara menyerang Korea Selatan. Geografi dan geologi Korea terletak di semenanjung Korea di Asia timur laut. Di barat lautnya ia dipisahkan Sungai Amnok (Yalu) dengan Republik Rakyat Cina. Sungai Duman di timur lautnya memisahkan Korea dengan Rusia dan RRT. Beberapa pulau-pulau penting antara lain Jeju, Ganghwa, Ulleung, Dokdo, Jindo, Geoje, dan sebagainya. Bagian selatan dan barat Korea adalah dataran rendah dan sebelah timur dan utara memanjang rangkaian pegunungan Baekdu Daegan sepanjang semenanjung. Dataran tinggi Gaema berada di wilayah Korea Utara dan merupakan produk vulkanis dari zaman meszoikum. Titik-titik tertinggi termasuk Gunung Baekdu (2774), Sobaeksan (2184 m), Jirisan (1915), Baeksan (1724), Geumgangsan (1638), Seoraksan (1708), Taebaeksan (1564) dan sebagainya. Beberapa gunung lebih rendah berada tegak lurus dengan jaringan Baekdu Daegan, sebagian besar berkembang di garis tektonik dari zaman mesozoikum, dan pada dasarnya mengarah ke barat laut. Karena daerah pegunungan sebagian besar terletak di sebelah timur semenanjung, sungai-sungai utama cenderung mengalir ke sebelah barat dan selatan. Di barat mengalir sungai Amnok, Chŏngchŏn, Daedong, Hangang, Geum, Yeongsan, Nakdong, Seomjin dan sebagainya. Sungai-sungai ini memiliki dataran banjir yang luas dan menyediakan tanah yang subur untuk pertanian. Demografi Berdasarkan penelitian, bangsa Korea adalah keturunan kelompok suku Altai-Tungusik yang bermigrasi dari Siberia dan Manchuria pada zaman prasejarah. Kombinasi populasi Korea adalah 73 juta jiwa (2007). Komposisi suku bangsanya merupakan yang paling homogen di dunia, yakni bangsa Korea yang berbicara dalam bahasa Korea. Namun demikian jumlah orang asing telah meningkat pesat, terutama di Korea Selatan, yang mencapai 1 juta orang. Populasi warga asing di Korea terbesar adalah etnis Tionghoa (sampai Agustus 2007 mencapai 440 ribu jiwa) lalu orang Jepang, warga Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia Tengah dan sebagainya. Sejumlah kecil komunitas Jepang dan Tionghoa tinggal di Korea Utara. Terdapat lebih dari 6 juta warga Korea di seluruh dunia pada tahun 2005. Mereka sebagian besar telah menjadi warga negara tetap yang bersangkutan karena imigrasi yang sejak lama, contohnya seperti warga Korea di RRT (Chaoxianzhu), Amerika Serikat (Korea-Amerika), Jepang (Zainichi Kankoku), Jerman (Korea-Jerman), Rusia dan Asia Tengah (Koryo Saram), Brazil (Korea-Brazil) dan sebagainya. Namun banyak juga yang berimigrasi karena tujuan pekerjaan (Vietnam, Filipina, Indonesia, Timur Tengah) atau tugas kemanusiaan/relawan (Afrika, Asia Selatan dan sebagainya). SISTEM KEBUDAYAAN KOREA BUDAYA PERKAWINAN Kebudayaan garis keluarga di Korea adalah berdasarkan atas sistem Patrilinial. Pria memegang peranan penting dalam kesejahteraan keluarkan dan diwajibkan untuk bekerja. Wanita diperbolehkan untuk bekerja hanya kalau diperbolehkan oleh suami atau jika hasil kerja suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tugas utama wanita adalah untuk mengasuh anak dan menjaga rumah. Budaya perkawinan Korea sangat menghormati kesetiaan. Para janda, walaupun jika suami mereka mati muda, tidak dizinkan menikah lagi dan harus mengabdikan hidupnya untuk melayani orang tua dari suaminya. Begitu juga yang terjadi pada seorang duda yang harus melayani orang tua dari istrinya walaupun istrinya tersebut mati muda. BUDAYA MAKANAN Kimchi adalah suatu makanan yang biasanya merupakan sayuran yang rendah kalori dengan kadar serat yang tinggi (misalnya bawang, kacang panjang, selada, dan lain-lain) yang dimasak sedemikian rupa dengan bumbu dan rempah-rempah sehingga menghasilkan rasa yang unik dan biasanya pedas. Dalam kenyataannya (menurut hasil penelitian kesehatan WHO), jenis-jenis kimchi memiliki total gizi yang jauh lebih tinggi dari buah manapun. Hal yang membuat kimchi menjadi makanan yang spesial ada banyak faktornya. Faktor pertama adalah pembuatannya. Kimchi (dalam hal ini adalah kimchi yang dihidangkan untuk acara-acara spesial, bukan kimchi untuk acara makan biasa dan sehari-hari) dibuat oleh wanita dari keluarga bersangkutan yang mengadakan acara tersebut dan hanya bisa dibuat pada hari di mana acara tersebut dilaksanakan. Semakin banyak wanita yang turut membantu dalam pembuatan kimchi ini, semakin “bermakna” pula kimchi tersebut. Kimchi juga merupakan faktor penentu kepintaran atau kehebatan seorang wanita dalam memasak. i. KEBIASAAN / TRADISI Ada sebuah tradisi / kebiasaan yang cukup terkenal di Korea. Tradisi ini dinamakan “sesi custom”. Tradisi sesi dilaksanakan sekali setiap tahun. Sesi adalah sebuah tradisi untuk mengakselerasikan ritme dari sebuah lingkaran kehidupan tahunan sehingga seseorang dapat lebih maju di lingkaran kehidupan tahun berikutnya. Tradisi sesi dilaksanakan berdasarkan kalender bulan (Lunar Calender). Matahari, menurut adat Korea , tidak menunjukkan suatu karakteristik musiman. Akan tetapi, Bulan menunjukkan suatu perbedaan melalui perubahan fase bulan. Dalam tradisi sesi, ada lima dewa yang disembah, yaitu irwolseongsin (dewa matahari bulan dan bintang), sancheonsin (dewa gunung dan sungai), yongwangsin (raja naga), seonangsin (dewa kekuasaan), dan gasin (dewa rumah). Kelima dewa ini disembah karena dianggap dapat mengubah nasib dan keberuntungan seseorang. KESENIAN Kesenian tradisional di Korea, dalam hal ini musik dan tarian, diperuntukkan khusus sebagai suatu bagian dalam penyembahan “ lima dewa”. Ada beberapa alat musik tradisional yang digunakan, misalnya hyeonhakgeum (sejenis alat musik berwarna hitam yang bentuknya seperti pipa dengan tujuh buah senar) dan gayageum (alat musik mirip hyeonhakgum tetapi bentuk, struktur, corak, dan cara memainkannya berbeda dan memiliki dua belas buah senar). Tarian tradisional yang cukup terkenal di Korea antara lain cheoyongmu (tarian topeng), hakchum (tarian perang), dan chunaengjeon (tarian musim semi). Tarian chunaengjeon ditarikan sebagai tanda terima kasih kepada dewa irwolseongsin dan dewa sancheonsin atas panen yang berhasil. BAHASA Bahasa yang digunakan di Korea adalah bahasa Korea . Penulisan bahasa Korea dinamakan Hangeul. Hangeul diciptakan oleh Raja Sejong pada abad ke 15. Hangeul terdiri dari 10 huruf vokal dan 14 konsonan yang bisa dikombinasikan menjadi banyak sekali huruf-huruf dalam bahasa Korea . Hangeul sangat mudah dibaca dan dipelajari. Hangeul juga dianggap sebagai bahasa tulisan yang paling sistematik dan scientific di dunia. KEBUDAYAAN JAIPONG SEJARAH JAIPONG Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di jawa barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat sunda , diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916 . Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputirebab , kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk dan gong.Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan. Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/doger /tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub) . Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam topeng banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan pencak silat . Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan. PERKEMBANGAN JAIPONG Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari “Daun Pulus Keser Bojong” dan “Rendeng Bojong” yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepop Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya “kaleran” (utara). Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2) Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor). Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari uleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah. KEBUDAYAAN BETAWI SEJARAH BETAWI Diawali oleh orang Sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam Kerajaan tarumanegara serta kemudian Pakuan pajajaran. Selain orang Sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara jawa , dari berbagai pulau Indonesia Timur, dari malaka di semenanjung Malaya, bahkan dari tiongkok serta Gujarat diindia . Etnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu,. Perkiraan ini didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang dirintis sejarawan Australia lance castle. Di zaman kolonial Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun1615 dan 1815 terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi. SENI DAN KEBUDAYAAN Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni gambang kromong yang berasal dari seni musik tionghoa, tetapi juga ada rebana yang berakar pada tradisi musik arab keroncong tugu dengan latar belakang portugis-Arab,dan tanjidor yang berlatarbelakang kebelanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni lenong Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni gambang kromong yang berasal dari seni musik tiongkok tetapi juga ada rebana yang berakar pada tradisi musik Arab keroncong tugu dengan latar belakang portugis-Arab,dan tanjidor yang berlatarbelakang kebelanda-an. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa. Mereka adalah hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu. KEPERCAYAAN Orang Betawi sebagian besar menganut agama islam tetapi yang menganut agama Kristen protestan dan katolik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa portugis Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhansunda kelapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah kampong tugu Jakarta utara PERILAKU DAN SIKAP Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni Thamrinbenyamin sueb, dan Fauzi Bowo yang menjadi Gubernur Jakarta saat ini . Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain Jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun terkadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. orang betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat betawi sangat menghargai pluralisme. hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat betawi dan pendatang dari luar Jakarta. Orang betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat betawi masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi di lahan lahirnya sendiri (baca : Jakarta). namun tetap ada optimisme dari masyarakat betawi generasi mendatang yang justreu akan menopang modernisasi tersebut. Sejarah Seni Lukis Secara historis, seni Lukisan abstrak sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan mereka. Semua kebudayaan di dunia mengenal seni lukis. Ini disebabkan karena lukisan abstrak atau gambar sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna. Pada mulanya, perkembangan seni lukis sangat terkait dengan perkembangan peradaban manusia. Sistem bahasa, cara bertahan hidup (memulung, berburu dan memasang perangkap, bercocok-tanam), dan kepercayaan (sebagai cikal bakal agama) adalah hal-hal yang mempengaruhi perkembangan seni lukisan Cara komunikasi dengan menggunakan gambar pada akhirnya merangsang pembentukan sistem tulisan karena huruf sebenarnya berasal dari simbol-simbol gambar yang kemudian disederhanakan dan dibakukan. Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar daripada mencari makanan seperti yang di galeri lukisan atau Galeri lukisan abstrak Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan: * Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama) * Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii), Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal. Seni lukis zaman pertengahan Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan realitas. Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan realisme. Sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan “bagus”. Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi. Beberapa agama yang melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong perkembangan abs Seni lukis zaman Renaissance Berawal dari kota Firenze Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ahli sains dan kebudayaan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium menuju daerah semenanjung Italia sekarang. Dukungan dari keluarga demedici yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu pengetahuan modern dan seni membuat sinergi keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa. Seni Rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat baru untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki. Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa hingga Eropa Timur. trakisme (pemisahan unsur bentuk yang “benar” dari benda Tata Cara Perayaan Pernikahan Jepang 1.Tata Cara Tradisional Pernikahan ini dilangsungkan di Kuil dengan Sistem Budha atau lebih dikenal dengan Pernikahan Shinto. Dalam adat ini, pasangan pengantin memakai pakaian tradisional Kimono. Pengantin perempuan memakai kimono tradisional pernikahan, shiromuku (kimono putih), sedang pengantin laki-laki memakai montsuki haori hakama. Pernikahan Gaya Shinto dipimpin Pendeta dengan hanya diikuti anggota keluarga dan kerabat dekat. Upacara dimulai dengan perkenalan pihak perempuan dan laki-laki. Setelah itu makan bersama dan menyaksikan penampilan anggota keluarga lain yang bernyanyi, berpidato dan lain-lain. Selama perayaan, pengantin biasanya berganti-ganti busana. Di akhir acara, pengantin akan berpidato dan mengucapkan terima kasih. 2.Tata Cara Modern Pernikahan Modern Jepang biasanya dilangsungkan di gereja dengan sistem agama Kristen meski keduanya tidak beragama kristen. Pernikahan ini juga tetap dipimpin seorang pendeta. Dalam pernikahan modern, pasangan pengantin biasanya menggunakan Gaun Pengantin Putih. Selain itu ada juga upacara pemotongan kue, pertukaran cincin honeymoonsdan prosesi pernikahan Barat lainnya. Pernikahan Gaya Jepang Barat ini kebanyakan diadakan di hotel atau ruang pernikahan. Chapels biasanya jadi pilihan terbanyak . Para pengantin juga diijinkan memilih gaya upacara mereka, mau gaya Kristen, Budha,Shinto, dan non-agama gaya. Kebanyakan pasangan non krSouvenir pernikahan jepang disebut Hikidemono, sovenir ini dimasukkan dalam tas untuk dibawa tamu pulang. Ada kebudayaan Jepang yang bernama Sujeo. Sujeo adalah satu set alat makan dalam tradisi kuliner Korea yang terdiri dari sendok dan sumpit. Sovenir pernikahan ini dipandang sebagai alat terpenting dalam kehidupan, sekaligus lambang kehidupan yang makmur. Upacara Perayaan Di Jepang * Saat terima undangan pernikahan, jangan lupa mengembalikan kartu itu. Ini supaya mereka tau kita bisa datang atau tidak. Contreng kata datang bila hadir, atau sebaliknya. * Saat dateng ke Perayaan Pernikahan di Jepang, jangan lupa buat ngebawa uang tunai buat hadiah. Jumlahnya tergantung dari kedekatan kalian dengan yang menikah dan daerahnya. Kadang jumlah uang angpao udah tertera di undangan. Rata-rata kalo buat pernikahan seorang teman adalah 30000 yen . Uang dimasukkan dalam amplop khusus yang disebut Shugi-buruko, yang bagian depannya ditulisi nama kalian. Posted in artikel | No Comments » ada apa dengan cinta? Thursday, July 23rd, 2009 Bertemakan cinta di masa-masa SMA, Ada Apa dengan Cinta menampilkan Cinta (Dian Sastrowardoyo) sebagai seorang pelajar SMA. Ia langganan juara lomba puisi di sekolahnya yang rutin diadakan tiap tahun. Cerita berawal dari Alya (Ladya Cherill) yang tubuhnya memar karena kerap dipukuli sang ayah yang kerap cek-cok dengan ibunya. Alya adalah sahabat karib Cinta dengan teman-temannya yang lain. Seperti Carmen (Adinia Wirasti), Maura (Titi Kamal), dan Milly (Sissy Priscillia). Di sekolah, juara lomba puisi tahun ini akan diumumkan. Seluruh siswa yakin Cinta yang akan menjadi juara. Namun justru pemenangnya tahun ini adalah Rangga (Nicholas Saputra). Karena Cinta dan teman-temannya adalah pengurus mading sekolah, ia akan mewawancarai Rangga. Namun Rangga adalah tipe laki-laki pendiam, penyendiri dan “dingin”. Saat Cinta berbicara dengan Rangga, ia melihat buku yang dipegang Rangga (buku AKU karya Syumandjaya). Lalu Cinta memberinya surat dan membuat Rangga emosi. Dan tanpa disengaja bukunya terjatuh. Cinta segera memungutnya. Dan membawa pulang buku itu untuk dibaca. Cinta mengembalikan buku tersebut saat Rangga kebingungan mencarinya. Rangga pun berterima kasih pada Cinta. Semenjak itu mereka menjadi dekat. Rangga mengajak Cinta ke Kwitang, tempat ia membeli buku lama. Saat di Kwitang, Cinta teringat akan janji menonton konser bersama teman-temannya. Ia pun meninggalkan Rangga untuk menonton konser. Pada suatu malam Rangga dan Cinta kencan di sebuah kafe. Namun sebelum Cinta berangkat, Alya menelepon untuk memintanya ke rumah. Namun Cinta berbohong bahwa ia akan pergi ke rumah sakit. Akhirnya Cinta pergi bersama Rangga. Di sana Cinta menyanyikan lagu yang dibuat dari puisi Rangga. Saat Cinta pulang, mama Cinta akan pergi menjenguk Alya di rumah sakit karena mencoba bunuh diri. Cinta menjadi sangat menyesal. Keesokan harinya, Rangga menyapa Cinta. Namun Cinta justru berkata ketus agar Rangga tidak mendekatinya lagi. Rangga pun sepakat bahwa ia akan menjauh dari Cinta. Saat di rumah sakit Cinta berterus-terang pada Alya bahwa ia berbohong dan Alya pun tahu bahwa Cinta kencan dengan Rangga. Cinta tidak tahu bahwa saat ia berkata jujur, teman-temannya yang lain ada dibelakangnya. Cinta juga meminta maaf kepada teman-temennya yang lain. Rangga yang saat itu akan berencana pindah sekolah ke Amerika Serikat, mencoba menelepon Cinta untuk berpamitan. Namun Cinta justru tetap menjauh dari Rangga. Carmen yang saat itu sedang latihan basket melihat Rangga berpamitan pada Pak Wardiman, sang penjaga sekolah. Ia pun segera memberitahukan teman-temannya. Cinta yang menyadari cinta sejatinya itu, segera menyusul ke bandara. Namun mobil Milly terjepit mobil lain. Mereka meminjam mobil Mamet (Dennis Adhiswara). Di sana Cinta bertemu dengan Rangga. Ia meminta Rangga untuk membatalkan niatnya sekolah di luar negeri. Namun Rangga tetap pergi meninggalkan Cinta-nya. Ia memberi Cinta buku yang pada halaman terakhirnya terdapat puisi Rangga yang berjudul “Ada Apa dengan Cinta?”. Rangga berjanji akan kembali di saat bulan purnama tiba.

jadwal un 2010

Jadwal Ujian Nasional (UN) 2010 Lengkap : SMA/MA, SMP/MTs dan SD/MI 2009 NOVEMBER 14 tags: jadwal un, ujian nasional, un 2010 by nusantaraku Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) sekolah dipercepat menjadi minggu ke-3 Maret 2009. Informasi pelaksanaan UN SMP-SMA 2010 didasarkan Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan Nasional No 74 dan 75 tahun 2009 tentang UASBN SD/MI serta Ujian Nasional SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMK Tahun Pelajaran 2009/2010. Peraturan ini ditandatangani Menteri Pendidikan Nasional Prof. Bambang Sudibyo pada 13 Oktober 2009, seminggu sebelum diganti dengan Mendiknas Prof. Muh Nuh Kabinet Indonesia Bersatu II. Jadwal tahun 2010 ini lebih cepat dari UN yang biasanya berlangsung pertengahan April. Hal ini disebabkan UN 2010 akan dilaksanakan 2 kali yakni terdiri dari UN utama dan UN ulangan. Siswa yang tidak lulus pada UN utama, bisa mengulang pada UN tahap kedua (enak dong..diberi kesempatan 2 kali).. UN ulangan dilaksanakan setelah pengumuman UN utama atau tepatnya 8 minggu setelah pelaksanaan UN utama. Berikut periode pelaksanaan UN 2010 : Tingkat SMA/MA, SMALB, dan SMK : UN Utama : minggu ke-3 Maret 2010. UN Ulangan : minggu ke-2 Mei 2010. Tingkat SMP/MTs dan SMPLB UN Utama : minggu ke-4 Maret 2010 UN Ulangan : minggu ke-3 Mei 2010. UN SMA/MA 2010 (Pelajaran, Jumlah Soal, Waktu dan Jadwal) Berikut adalah mata pelajaran, jumlah soal dan waktu yang disediakan untuk UN Utama Tingkat SMA dan MA 2010. UN 2010 SMA Program IPA No Mata Pelajaran Soal Waktu Tanggal 1 Bahasa Indonesia (I) 50 120 menit Senin, 15 Maret 2010 2 Bahasa Inggris 50 120 menit Selasa, 16 Maret 2010 3 Matematika 40 120 menit Rabu, 17 Maret 2010 4 Fisika 40 120 menit Kamis, 18 Maret 2010 5 Kimia 40 120 menit Jum’at, 19 Maret 2010 6 Biologi (II) 40 120 menit Senin, 15 Maret 2010 UN 2010 SMA Program IPS No Mata Pelajaran Soal Waktu Tanggal 1 Bahasa Indonesia (I) 50 120 menit Senin, 15 Maret 2010 2 Bahasa Inggris 50 120 menit Selasa, 16 Maret 2010 3 Matematika 40 120 menit Rabu, 17 Maret 2010 4 Ekonomi 40 120 menit Jum‘at, 19 Maret 2010 5 Sosiologi 40 120 menit Senin, 15 Maret 2010 6 Geografi (II) 40 120 menit Kamis, 18 Maret 2010 UN 2010 SMA Program Bahasa No Mata Pelajaran Soal Waktu Tanggal 1 Bahasa Indonesia (I) 50 120 menit Senin, 15 Maret 2010 2 Bahasa Inggris 50 120 menit Selasa, 16 Maret 2010 3 Matematika 40 120 menit Rabu, 17 Maret 2010 4 Sastra Indonesia 40 120 menit Kamis, 18 Maret 2010 5 Sejarah /Antro (I) 40 120 menit Senin, 15 Maret 2010 6 Bahasa Asing Pilihan 40 120 menit Jum’at, 19 Maret 2010 UN 2010 SMK No Mata Pelajaran Soal Waktu Tanggal 1 Bahasa Indonesia 50 120 menit Senin, 15 Maret 2010 2 Bahasa Inggris 50 120 menit Selasa, 16 Maret 2010 3 Matematika 40 120 menit Rabu, 17 Maret 2010 4 Teori Kejuruan - - - UN 2010 MA No Mata Pelajaran Soal Waktu Tanggal 1 Bahasa Indonesia (I) 50 120 menit Senin, 15 Maret 2010 2 Bahasa Inggris 50 120 menit Selasa, 16 Maret 2010 3 Matematika 40 120 menit Rabu, 17 Maret 2010 4 Ilmu Tafsir 40 120 menit Jum’at, 19 Maret 2010 5 Ilmu Hadist 40 120 menit Kamis, 18 Maret 2010 6 Ilmu Kalam (II) 40 120 menit Senin, 15 Maret 2010 UN SMP / MTs 2010 (Pelajaran, Jumlah Soal, Waktu dan Jadwal) Berikut adalah mata pelajaran, jumlah soal dan waktu yang disediakan untuk UN Utama Tingkat SMP dan MTs 2010 UN 2010 SMP/MTs No Mata Pelajaran Soal Waktu* Tanggal 1 Bahasa Indonesia 50 120 menit Senin, 22 Maret 2010 2 Matematika 40 120 menit Selasa,23 Maret 2010 3 B. Inggris 50 120 menit Rabu, 24 Maret 2010 4 IPA 40 120 menit Kamis, 25 Maret 201 UASBN SD/MI 2010 (Pelajaran, Jumlah Soal, Waktu dan Jadwal) Berikut adalah mata pelajaran, jumlah soal dan waktu yang disediakan untuk UASBN Utama Tingkat SD dan MI 2010. UN 2010 SD/MI No Mata Pelajaran Soal Waktu* Tanggal 1 Bahasa Indonesia 50 120 menit Senin, 5 April 2010 2 Matematika 40 120 menit Selasa, 6 April 2010 3 IPA 40 120 menit Rabu, 7 April 2010 Keterangan: Alokasi Waktu = waktu total UN (persiapan, ujian, dan selesai).Waktu Efektif UN adalah 120 menit (2 jam) UN dilaksanakan mulai pukul 08.00-10.00 untuk setiap sesi pelajaran, dan kecuali mata pelajaran ke-2 (II) untuk tingkat SMA/MA yang dilaksanakan pada hari Senin bersama mata pelajaran Bahasa Indonesia. Standar Kelulusan UN 2010 Standar kelulusan UN 2010 sebenarnya sama dengan UN tahun 2009 yakni peserta UN SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, dan SMK tahun 2010 dinyatakan lulus jika: memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya; khusus untuk SMK, nilai mata pelajaran praktik kejuruan minimal 7,00 dan digunakan untuk menghitung rata-rata UN. Catatan Penting! Pihak sekolah dilarang memungut biaya pelaksanaan UN, karena semua biaya penyelenggaraan UN SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, dan SMK sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah. Mohon untuk menjadi perhatian para guru dan pihak sekolah agar tidak mencoba-coba memungut biaya UN. Dan bagi adik-adik pelajar, jangan sekali-kali mau membayar biaya UN. Dan jika adik-adik menemukan hal ini, segera lapor ke sini karena merupakan tindakan koruptif. Kabar Baru! Berbeda dengan pelaksanaan UN tahun-tahun sebelumnya, pelaksanan UN 2010 menggunakan metode exchange place yang hampir sama dengan proses SNMPTN. Yakni para siswa sebuah sekolah akan melaksanakan UN di tempat/sekolah berbeda, yang mana akan bercampur dengan siswa-siswa dari sekolah lain dalam satu kecamatan/kabupaten. Artinya, setiap peserta akan melaksanakan UN dalam satu ruangan terdiri atas peserta ujian dari beberapa sekolah/madrasah dalam satu kecamatan dan/atau kabupaten/kota. (Pasal 14 Permendiknas 75 tahun 2009). Sistem ini diyakin dapat mengurangi tingkat kecurangan UN yang dilakukan oleh pihak sekolah, diknas dan murid yang selama ini masih terus terjadi. Selamat belajar dengan sungguh-sungguh. Semoga Sukses dengan prestasi gemilang!

Kesenian Tradisional Klaten

Kabupaten Klaten memiliki berbagai macam kesenian tradisional yang merupakan aset untuk mengembangkan kepariwisataan di Klaten, adapun kesenian tradisional tersebut antara lain : Kabupaten memiliki berbagai macam kesenian tradisional yang merupakan aset untuk mengembangkan kepariwisataan di Klaten, adapun kesenian tradisional tersebut antara lain : 1. Sendratari Roro Jonggrang Mengangkat sebuah legenda terjadinya candi prambanan. Sendratri roro jonggrang mengisahkan jalinan asmara Bandung Bondowoso dengan Dewi Roro Jonggrang yang berakhir secara tragis. Menyadari bahwa calon suaminya adalah pembunuh Prabu Boko, Ayah yang dicintainya. Gejolak hati untuk membalas dendam, maka syarat pinangan bandung harus mampu mewujudkan candi yang berjumlah seribu buah. Adalah suatu permintaan yang sulit untuk diwujudkan dalam waktu satu malam. Dengan bala bantuan raja tentara jin yang bernama Bondowoso diharapkan dapat mewujudkan jumlah seribu candi sebelum fajar tiba, namun alunan gejog lesung yang mengisyaratkan aktivitas manusia menumbuk padi pada pagi hari sebagai tanda fajar tiba dilakukan oleh masyarakat prambanan atas perintah dewi roro jonggrang, yang berarti bandung gagal mewujudkan impiannya. Kekesalan dan kemarahan bandung atas kelicikan dari roro jonggrang, maka disumpahlah dewi roro jonggrang menjadi arca untuk melengkapi jumlah seribu candi 2. Jatilan Jatilan adalah tari tradisional yang menggambarkan tentang keprajuritan, pada waktu perang perangan yang dilakukan beberapa orang dengan cara naik kuda kepang. Dalam tari Jatilan ini diperagakan dengan pakai kuda kepang atau kuda lumping yang dikendalikan oleh seorang pawang yang diawasi oleh Ki pentul dan Ki tembem. Diiringi dengan gamelan yang berupa : kendang,bende dan kecer. Dalam tari Jatilan ini dimasukan unsur magis yang melambangkan kekebalan dari pihak pemain mengenakan topeng atau kacamata hitam. Tari Jatilan di Kabupaten Klaten yang terkenal Tari Jatilan dari Desa Bugisan Kecamatan Prambanan. Tari Jatilan ini dipentaskan tiap hari jumat di panggung terbuka di Desa Bugisan Kecamatan Prambanan untuk para turis asing maupun domestik. 3. Ketoprak Ketoprak adalah kesenian rakyat yang berbentuk sandiwara atau drama, ketoprak ini timbulnya pada tahun kurang lebih 1922 pada masa Mangkunegaran. Sebagai ilustrasi diiringi Gamelan yang berupa lesung,alu,kendang dan seruling, karena cerita atau pantun-pantunnya merupakan sindirian kepada pemerintah atau kerajaan maka kesenian ketoprak ini lalu dilarang.Namun karena kesenian rakyat akhirnya tetap berkembang di daerah pedesaan atau pesisiran.Setelah sampai di Yogyakarta ketoprak ini disempurnakan dengan iringan gamelan jawa lengkap dan tema ceritanya mengambil babad sejarah, cerita rakyat atau kerajaan sendiri. Ketoprak ini dilakukan oleh beberapa orang menurut keperluan ceritanya.Adapun ciri khas dari ketoprak ini dilakukan dengan dialog bahasa jawa. 4. Srandul merupakan kesenian tradisional rakyat yang menggambarkan tentang kehidupan demang pada jaman kerajaan. Srandul biasanya dilakukan kurang lebih 15 orang lengkap dengan iringannya yang berupa : kendang,angklung dan terbang besar. Dalam kesenian srandul ini dilakukan dengan dialog yang berupa parikan atau tembang dan percakapan. Kesenian srandul ini semula timbul di dukuh Jogodayoh Desa Gumulan .Adapun srandul ini masih berkembang dengan baik di Prambanan dan Kemalang. 5. Sruntul Pada waktu itu para seniman banyak yang ngamen, karena untuk mementaskan kesenian srandul terlalu jemu sedang untuk mementaskan kesenian ketoprak terlalu banyak peralatannbnya, sehngga timbullah perpaduan antara sruntul dan ketoprak. Disebut dengan sruntul karena datangnya tanpa diundang dan bersikap sruntal sruntul. Pada saat itu berkembang dengan pesat karena kesenian ini dianggap lebih modern. Ciri Khususnya : - pemain bisa merangkap sebagai penabuh - dengan memakai lampu penerangan oncor - tema cerita terdiri tiga babak dan setiap babak bisa terjadi beberapa adegan - bentuk pakaian sangat sederhana dan pengiring gamelannya berupa : demung,saron,gong,kempul,kenong,angklung,terbang,jedor 6. Tari Topeng Tari topeng adalah kesenian tradisional yang para pemainnya mengenakan topeng sesuai dengan peran atau dapukaannya. Timbulnya kesenian ini dari Kediri Jawa Timur, tari topeng dilaksanakan dengan percakapan atau dialog dan diiringi gamelan jawa selendro lengkap. Adapun tema ceritanya : Cerita Panji. Di Kabupaten Klaten untuk pertama kali dilaksanakan oleh para dalang wayang kulit dan perkumpulan tari topeng yang terkenal bernama Magodo di Desa Jogosetran Kecamatan Kalikotes. Keistimewaan Tari Topeng pada saat itu : - tidak setiap orang bisa melakukannya kecuali para dalang - kesenian topeng ini dalam dialog dengan melepaskan topeng dari gigitan, akan tetapi tetap dipegang untuk menutupi mukanya - tarian ini khusus dipentaskan pada waktu siang hari dan tidak dilaksankan pada malam hari Namun demikian pada saat sekarang tari topeng tersebut sudah dpat dilaksnakan oleh para remaja. 7. Wayang Babad Wayang babad adalah suatu bentuk kesenian rakyat berupa wayang kulit yang ceritanya diambil dari cerita babad atau ketoprak. Wayang babad ini bisa dipentaskan siang hari maupun malam hari dengan diiringin gamelan lengkap slendro dan pelog. Kesenian ini dimainkan oleh seorang dalang, adapun cerita wayang babad ini bertemakan cerita-cerita yang mirip dengan ketoprak. Keistimewaannnyaadalah bentuk dari wayang tidak seperti wayang purwa,melainkan seperti bentuk ketoprak. Lama pementasan menurut kebutuhannya, adapun timbulnya wayang babad ini setelah kemerdekaan dalam rangka penerangan kepada masyarakat sampai sekarangh klesebian ini masih terpelihara dengan baik di desa ceporan kecamatan gantiwarno. 8. Wayang Klitik merupakan bentuk kesenian wayang yang dibuat dari kayu. Ceritanya bertemakan cerita Panji atau cerita Majapahit, dilaksnakan oleh seorang dalang yang diiringin gamelan jawa yang berupa : kendang,saron,wilahan,ketuk,kenong,kem[pul,gong dan suwukan. Ciri Khas : dalang kalau memerannkan adegan perang dengan tarikan,sulukan dengan tembang mocopat. Adapun dialog perakapan seprti wayang purwa.Timbulnya kesenian ini sejak kerajaan Singosari, dan sampai sekarang masih terpelihar dengan baik di Kecamatan Gantiwarno. 9. Wayang Sadat Wayang sadat adalah suatu bentuk kesenian rakyat yang berupa watyang kulit, namun cerita wayang sadat ini bertemakan cerita cerita sejarah Islam dan ceritanya diambil dari cerita akhir kerajaan Majapahit sampai awal kerajaan Mataram. Wayang sadat ini dapat dipentaskan siang hari amaupun malam hari, kesenian ini dimainkan oleh seorang dalang dengan diiringi gamelan lengkap slendor dan pelog. Keistimewaan : - teknik pakeliran bersifat kontemporer menurut jalan ceritanya - Jajar pertama tidak harus atau mesti kraton - Untuk kayon atau gunungan sebelah kanan gunungan didampingi pohon beringin dan gunungan sebelah kirinya didampingi pohon kelapa - Warna kelir kuning, bingkai hijau dengan ukuran kurang lebih 3,5 meter lebar 2 meter Lama pementasan menurut kebutuhan, dialog percakapan dengan bahasa jawa. Timbulnya kesenian ini sejak tahun 1970, sampai sekarang kesenian ini terpelihara dengan baik di Desa Mireng Kecamatan Trucuk. 10. Kesenian Paguyuban Musik Bambu Pring Sedapur Kesenian ini lahir di dukuh purwaddadi, desa bugisan kecamatan prambanan. Kesenian ini diciptakan oleh seorang tokoh seni bernama Suparman Hadi, seni ni berawal dari guyubnya kekeluargaan dan kebiasaan ronda malam yang menggunakan peralatan dari bambu (tek-tek untuk berkeliling kampung menjaga kemanan desa). Mengambiol nama prin Sedapur dengan maksud bahwa perkumpulan ini sangat erat seperti serumpun bambu yang sulit untuk dipisahkan satu persatu. Drai musik ini telah berkembang menjadi campur sari namun tetap tidak menghjilangkan peralatan dari bambu. 11. Kesenian Gejog Lesung Kesenian gejog lesung lahir di dukuh soran desa Duwet Kecamatan Ngawen jarak dari kota Klaten kurang lebih 4km arah utara Klaten. Kesenian ini musik tradisional kuno yang saat ini hampir punah dan mempunyai nilai seni yang tinggi khususnya bagi para petani yang sedang mengungkapkan rasa kegembiraannnya setelah musim panen padi tiba, masyarakat berkumpul bersama, bersuka ria sambil menumbuk padi di lesung dengan antan dan mengalunkan lagu lagu untuk melepas lelah dan dahaga. Kesenian ini mengandung unsur penyampian informasi kepada masyarakat sekitar bahwa pada saat tersebut ada orang punya hajat atau supitan dll, dan juga kalau ada gerhana bulan.

Seni kontemporer

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Seni Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi.Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. Jadi Seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Lukisan kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance. Begitu pula dengan tarian, lebih kreatif dan modern. Kata “kontemporer” yang berasal dari kata “co” (bersama) dan “tempo” (waktu). Sehingga menegaskan bahwa seni kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Atau pendapat yang mengatakan bahwa “seni rupa kontemporer adalah seni yang melawan tradisi modernisme Barat”. Ini sebagai pengembangan dari wacana postmodern dan postcolonialism yang berusaha membangkitkan wacana pemunculan indegenous art. Atau khasanah seni lokal yang menjadi tempat tinggal (negara) para seniman. Secara awam seni kontemporer bisa diartikan sebagai berikut: 1. Tiadanya sekat antara berbagai disiplin seni, alias meleburnya batas-batas antara seni lukis, patung, grafis, kriya, teater, tari, musik, anarki, omong kosong, hingga aksi politik. 2. Punya gairah dan nafsu "moralistik" yang berkaitan dengan matra sosial dan politik sebagai tesis. 3. Seni yang cenderung diminati media massa untuk dijadikan komoditas pewacanaan, sebagai aktualitas berita yang fashionable. Seni kontemporer dan seni posmodern Kaitan seni kontemporer dan (seni) postmodern, menurut pandangan Yasraf Amir Piliang, pemerhati seni, pengertian seni kontemporer adalah seni yang dibuat masa kini, jadi berkaitan dengan waktu. Sedangkan seni postmodern adalah seni yang mengumpulkan idiom-idiom baru. Lebih jelasnya dikatakan bahwa tidak semua seni masa kini (kontemporer) itu bisa dikategorikan sebagai seni posmodern, seni posmodern sendiri di satu sisi memberi pengertian, memungut masa lalu tetapi di sisi lain juga melompat kedepan (bersifat futuris). Perkembangan seni kontemporer Indonesia Dalam seni rupa Indonesia, istilah kontemporer muncul awal 70-an, ketika Gregorius Sidharta menggunakan istilah kontemporer untuk menamai pameran seni patung pada waktu itu. Suwarno Wisetrotomo, seorang pengamat seni rupa, berpendapat bahwa seni rupa kontemporer pada konsep dasar adalah upaya pembebasan dari kontrak-kontrak penilaian yang sudah baku atau mungkin dianggap usang. Konsep modernisasi telah merambah semua bidang seni ke arah kontemporer ini. Paling menyolok terlihat di bidang tari dan seni lukis. Seni tari tradisional mulai tersisih dari acara-acara televisi dan hanya ada di acara yang bersifat upacara atau seremonial saja. Seperti diungkapkan Humas Pasar Tari Kontemporer di Pusat Latihan Tari (PLT) Sanggar Laksamana Pekanbaru yang tidak hanya diminati para koreografer tari dalam negeri tetapi juga koreografer tari asing yang berasal dari luar negeri. Sebanyak 18 koreografer tari baik dari dalam maupun luar negeri menyatakan siap unjuk kebolehan dalam pasar tari kontemporer tersebut. "Para koreografer sudah tiba di Pekanbaru, mereka menyatakan siap unjuk kebolehan dalam pasar tari itu," ujar Humas Pasar Tari Kontemporer, Yoserizal Zen di Pekanbaru[1]. Lukisan kontemporer semakin melejit seiring dengan meningkatnya konsep hunian minimalis, terutama di kota-kota besar. Seperti diungkapkan oleh seniman lukis kontemporer Saptoadi Nugroho dari galeri Tujuh Bintang Art Space Yogyakarta, "Lukisan kontemporer semakin diminati seiring dengan merebaknya konsep perumahan minimalis terutama di kota-kota besar. Akan sulit diterima bila kita memasang lukisan pemandangan, misalnya sedangkan interior ruangannya berkonsep modern."[2] Hal yang senada diungkap oleh kolektor lukisan kontemporer, "Saya mengoleksi lukisan karena mencintai karya seni. Kalaupun nilainya naik, itu bonus," kata Oei Hong Djien, kolektor dan kurator lukisan ternama dari Magelang. Begitu juga Biantoro Santoso, kolektor lukisan sekaligus pemilik Nadi Gallery. "Saya membeli karena saya suka. Walaupun harganya tidak naik, tidak masalah," timpalnya. Oei dan Biantoro tak pernah menjual koleksinya. Oei memilih untuk memajang lebih dari 1.000 bingkai lukisannya di museum pribadinya. Karya-karya besar dari Affandi, Basuki Abdullah, Lee Man Fong, Sudjojono, Hendra Gunawan, dan Widayat terpampang di sana bersama karya-karya pelukis muda. Pendapat lain dari Yustiono, staf pengajar FSRD ITB, melihat bahwa seni rupa kontemporer di Indonesia tidak lepas dari pecahnya isu posmodernisme (akhir 1993 dan awal 1994), yang menyulut perdebatan dan perbincangan luas baik di seminar-seminar maupun di media massa pada waktu itu.

Cari